Pengaruh Bullying terhadap Kualitas Mental Pelajar dan Mahasiswa

Image result for bullying korea
      
       Bullying merupakan  perilaku yang sekarang menjadi marak di era ini. Tindakan bullying terutama di lingkungan institusi pendidikan menyebabkan keprihatinan dari berbagai kalangan. Sejak diadakan penelitian mengenai bullying pertama di eropa pada tahun 1970, hingga kini kasus pembullyan menjadi perhatian dunia pendidikan maupun masyarakat luas. Jumlah kasus pembullyan mengalami kenaikan dari 67 kasus pada 2014 menjadi 79 kasus di 2015. Pelaku tawuran juga mengalami kenaikan dari 46 kasus di 2014 menjadi 103 kasus di 2015 (Hazliansya&Qomarria, 2015).

Bentuk pembullyan pun bermacam, mulai dari mengejek, menghina bahkan memukul. Bahkan ketiga macam pembullyan tersebut dapat dipadukan menjadi satu dalam satu kegiatan, misalnya ospek. Hal tersebut sampai membuat pemerintah melakukan tindakan tegas terhadap instansi pendidikan maupun perguruan tinggi yang mengadakan ospek dengan kekerasan. Seperti Kementrian Ristek dan Teknologi yang mengirim surat edaran larangan melakukan ospek dengan kekerasan yang ditujukan  kepada perguruan tinggi negeri maupun swasta (Kemenristekdikti, 2016)

Bullying merupakan istilah yang berasal dari kata dalam Bahasa Inggris bull yang artinya banteng yang suka menyerang dengan tanduknya. Penggunaan istilah bullying selalu dihubungkan dengan tindak kekerasan, sepeti yang tertuang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa bullying memiliki persamaan arti dengan kekerasan. Kekerasan yang dimaksud adalah sebagai usaha untuk menyakiti yang dilakukan oleh individu maupun kelompok (Sejiwa, 2008).

Bullying juga dapat diartikan sebagai penekanan atau penindasan berulang-ulang, secara psikologis atau fisik terhadap seseorang yang memiliki kekuatan atau kekuasaan yang kurang oleh orang atau kelompok orang yang lebih kuat (Rigby, 2002). Menurut Muhammad (2009) bullying berarti perilaku agresif dan menekan, baik dalam bentuk tindakan fisik secara langsung atau menyerang melalui kata-kata. Pelakunya tidak hanya para senior, tetapi juga guru, orang tua maupun orang-orang di lingkungan sekitar.

Kebanyakan bullying dilakukan oleh siswa maupun mahasiswa, hal ini disebebkan karena saat menjadi siswa maupun mahasiswa seseorang juga sedang menginjak masa remaja, di mana pada masa tersebut perkembangan emosi sedang melonjak, labil dan masih mencari jati dirinya. Usia remaja menurut WHO berada pada rentang 12 sampai 24 tahun sedangkan menurut Kementrian Kesehatan RI (2010) usia remaja berada pada rentang usia 10 sampai 19 tahun.

Mahasiswa sendiri merupakan peserta didik yang sedang mengikuti proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Menurut Suryabrata dalam Suci (2008) pada usia 18 tahun sampai 25 tahun disebut sebagai usia mahasiswa sebenarnya. Jadi berdasarkan usia, mahasiswa sudah masuk pada masa dewasa awal. Hal ini berarti bahwa pada usia itu seseorang sudah dianggap dewasa dan selanjutnya dianggap sudah mempunyai tanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatannya, yakni sudah dapat dikenai sanksi-sanksi pidana tertentu apabila melanggar peraturan hukum.

Ciri-ciri perkembangan remaja lanjut atau remaja akhir (usia 18 sampai 21 tahun) dapat dilihat dalam tugas-tugas perkembangan yaitu (Gunarsa: 2001: 129-131);

a) Menerima keadaan fisiknya; perubahan fisiologis dan organis yang sedemikian hebat pada tahun-tahun sebelumnya, pada masa remaja akhir sudah lebih tenang. Struktur dan penampilan fisik sudah menetap dan harus diterima sebagaimana adanya. Kekecewaan karena kondisi fisik tertentu tidak lagi mengganggu dan sedikit demi sedikit mulai menerima keadaannya.

b) Memperoleh kebebasan emosional; masa remaja akhir sedang pada masa proses melepaskan diri dari ketergantungan secara emosional dari orang yang dekat dalam hidupnya (orangtua). Kehidupan emosi yang sebelumnya banyak mendominasi sikap dan tindakannya mulai terintegrasi dengan fungsi-fungsi lain sehingga lebih stabil dan lebih terkendali. Dia mampu mengungkapkan pendapat dan perasaannya dengan sikap yang sesuai dengan lingkungan dan kebebasan emosionalnya.

c) Mampu bergaul; dia mulai mengembangkan kemampuan mengadakan hubungan sosial baik dengan teman sebaya maupun orang lain yang berbeda tingkat kematangan sosialnya. Dia   mampu menyesuaikan dan memperlihatkan kemampuan bersosialisasi dalam tingkat kematangan sesuai dengan norma sosial yang ada.

Apabila telah selesai masa remaja ini, masa selanjutnya ialah jenjang kedewasaan. Sebagai fase perkembangan, seseorang yang telah memiliki corak dan bentuk kepribadian tersendiri. Menurut Langeveld (dalam Ahmadi & Sholeh, 1991: 90)

ciri-ciri kedewasaan seseorang antara lain;

a) Dapat berdiri sendiri dalam kehidupannya. Ia tidak selalu minta pertolongan orang lain dan jika ada bantuan orang lain tetap ada pada tanggung jawabnya dalam menyelesaikan tugas-tugas hidup.

b) Dapat bertanggung jawab dalam arti sebenarnya terutama moral.

c) Memiliki sifat-sifat yang konstruktif terhadap masyarakat dimana ia berada.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik mahasiswa ialah pada penampilan fisik tidak lagi mengganggu aktifitas dikampus, mulai memiliki intelektualitas yang tinggi dan kecerdasan berpikir yang matang untuk masa depannya, memiliki kebebasan emosional untuk memiliki pergaulan dan menentukan kepribadiannya. Mahasiswa juga ingin meningkatkan prestasi dikampus, memiliki tanggung jawab dan kemandirian dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah, serta mulai memikirkan nilai dan norma-norma di lingkungan kampus maupun di lingkungan masyarakat dimana dia berada.  

Dalam kenyataannya sekalipun seorang mahasiswa dapat dikatakan memiliki karakter intelektual tinggi, memiliki kebebasan emosional, serta mampu mempertanggung jawabkan segala hal yang dilakukan terhadap dirinya di lingkungan akademik maupun lingkungan masyarakat, tetap saja kondisi mental mahasiswa akan terganggu apabila mendapat bimbingan yang mengandung kekerasan atau pembullyan, khususnya saat kegiatan ospek ataupun sejenisnya.

Bagi pelaku, pembullyan mereka lakukan sebagai efek pengalaman masa lalu mereka yang juga pernah dibully, sehingga ada efek balas dendam dibalik pembullyan yang mereka lakukan, selain itu, efek emosional yang masih bergejolak masih berada dalam jiwa mereka sehingga efek puas mereka alami jika mereka melakukan pembullyan. Bagi korban pembullyan, mereka tidak menyangka hal tersebut menimpa mereka namun terdapat beberapa efek yang dirasakan sebagi berikut:

Membuat semangat korban menurun
Efek tekanan psikologi berupa sakit hati akibat di bully
Merasa paling bersalah di antara yang lain, sehingga biasanya korban bully cenderung lebih sering menyendiri
Kepercayaan diri korban menurun
Semangat hidup berkurang sehingga korban bully lebih suka murung dan cenderung tidak bergairah
Bagi sebagian orang emosi mereka semakin meningkat sehingga mereka cenderung dendam dan berniat melakukan apa yang telah mereka alami terhadap orang lain
Pembullyan merupakan bentuk tindakan negatif yang harus dicegah dan dihindari oleh semua kalangan, khususnya pelajar mahasiswa. Peran senior, guru, ataupun orang tua diperlukan dalam membimbing juniornya agar bullying dapat dihindari.  Mengingat efek dan dampak bullying yang berbahaya baik bagi korban maupun pelakunya diperlukan bimbingan yang intensif dari berbagai kalangan mengenai bahaya bully dan selalu mengamalkan budaya sopan santun dan hormat menghormati satu sama lain. Kemudian diharapkan kegiatan yang dilakukan baik siswa maupun mahasiswa terhindar dari unsur kekerasan baik fisik maupun mental sehingga tercipta mental siswa maupun mahasiswa yang berkarakter kritis dan lebih bertanggung jawab bukan membuat mental mereka semakin turun dan jatuh.


(bersumber dari https://www.kompasiana.com/hari_hari25/58495636f77e61cd15f14846/pengaruh-bullying-terhadap-kualitas-mental-pelajar-dan-mahasiswa?page=all)

Comments

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Terimakasih infonya.. sangat bermanfaat

    ReplyDelete
  3. Stop bullying and keep smile in the world

    ReplyDelete
  4. Sangat bermanfaat terimakasi 🔥

    ReplyDelete
  5. terimakasoh atas tulisannya👍👍

    ReplyDelete
  6. Stop bullying
    Mari kita junjung tinggi rasa kepedulian terhadap sesama

    ReplyDelete
  7. Sangat bermanfaat #Stopbullying:)

    ReplyDelete
  8. Wahh bener bgt nih, aku sering di bully :(
    Makasih infonyaaa 🖤

    ReplyDelete
  9. Wahh semoga kita semua terjauhi dari bullying.. Terimkasih infonya

    ReplyDelete

Post a Comment